Tidak semua pahlawan pandai bertempur, terkadang mereka lebih pandai menghibur. Pahlawan itu ku sebut orang tua.
Pandemi masih belum berakhir, namun SD Global Prestasi tidak menghilangkan program rutin dari agenda tahunannya. Program apalagi sih? Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, SD Global Prestasi mengadakan program Parent Creative Teaching atau dikenal dengan PCT yang dilakukan secara virtual pada 10 November lalu. PCT merupakan salah satu program sekolah dalam mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan siswanya dan melibatkan pihak orang tua. PCT ini menjadi program yang bertujuan untuk sharing ilmu dan pengalaman para orang tua kepada siswa dengan cara yang mengasyikan. Pada kesempatan kali ini, orang tua adalah pahlawan yang real bagi anak-anak. Oleh karena itu, sekolah memberikan peluang pada siswa untuk melihat sosok pahlawan dalam kehidupan sehari-hari.
Profesi orang tua pada PCT kali ini beraneka ragam, mulai dari pilot, polisi, chef, accounting, hingga VP sales dari salah satu stasiun televisi di Indonesia. Mereka mengajar dengan aktif loh di kelas, tidak jauh berbeda dengan profesi guru. Wah, seru ya meskipun secara virtual! Nah, dari berbagai profesi tersebut orang tua dapat sharing ilmu dan pengalamannya sehingga siswa mendapatkan bekal untuk memilih cita-cita atau hobi untuk masa depan. Dengan adanya program PCT ini, sekolah dapat mengembangkan sistem pembelajaran yang lebih variatif untuk siswa yang melibatkan orang tua.
Ternyata, pahlawan kita saat ini adalah orang tua kita sendiri. Mereka berjuang dengan profesinya masing-masing, tanpa kenal lelah. Maka dari itu, sudah sepantasnya kita menghargai jasa para pahlawan, termasuk orang tua kita.
Anak-anak juga merasa bangga dengan orang tua mereka yang terlibat dalam kegiatan PCT secara virtual ini. Salah satu siswa menyampaikan kepada ibunya bahwa dia bangga karena mamanya yang menjadi guru. PCT ini bukan hanya kesempatan bagi orang tua membagikan ilmu kepada peserta didik tetapi juga menciptakan bonding antara orang tua dengan anak-anak mereka.
Pihak sekolah juga secara rutin memberikan souvenir kepada orang tua yang terlibat dalam kegiatan ini. Selama masa pandemi ini, Global Prestasi School datang dan mengunjungi secara langsung ke rumah orang tua dan mengantarkan sebuah hampers yang unik dengan berbagai alat-alat yang berguna seperti: handsanitizer, dll.
Ditulis oleh: Asep Deni Saputra, seorang guru Bahasa Indonesia di tingkat SD
Disunting oleh: Eka Kurniasih, Bawono Joshua,Yulianto, dan Bella Viona C.
Diabadikan oleh: Tri Wulandari, Masnilam, Rasfadilah, Olga Tiara Ristiningtyas, dan Tahta Aksa Maha Raya
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan kata-kata yang terdengar atau terlihat sama, tetapi memiliki makna yang berbeda tergantung pada konteks penggunaannya. Dalam bahasa Indonesia, fenomena tersebut disebut sebagai homonim, dimana satu kata memiliki makna yang beragam sesuai dengan konteks yang ada.
Beragamnya makna yang terkandung tersebut bisa menimbulkan kesalahpahaman jika tidak dipahami dengan baik. Oleh sebab itu, penting untuk memahami konsep ini terutama dalam komunikasi lisan maupun tulisan, agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan tepat.
Dalam artikel ini kami akan menjelaskan pengertian tentang apa itu homonim menurut KBBI, contoh penggunaannya dalam kalimat, serta klasifikasinya yang membantu dalam memahami perbedaan makna yang terkandung dalam satu kata.
Mengajarkan anak belajar membaca bisa menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Banyak yang beranggapan bahwa anak harus belajar mengeja terlebih dahulu sebelum bisa lancar membaca.
Padahal, ada cara lain yang lebih menyenangkan dan efektif tanpa harus mengeja satu per satu. Dengan metode belajar yang tepat, anak bisa cepat membaca secara alami dan penuh keceriaan.
Yuk, simak artikel ini untuk mengetahui cara mudah mengajarkan anak membaca dengan menyenangkan di rumah!
Di era digital seperti sekarang, banyak anak lebih memilih bermain game di gadget daripada permainan tradisional. Padahal, permainan seperti engklek, gobak sodor, dan congklak tidak hanya seru, tetapi juga mengajarkan kerjasama, strategi, serta kebersamaan.
Jika dibiarkan, warisan budaya ini bisa semakin tergerus dan dilupakan oleh generasi muda. Selain itu, anak-anak yang terlalu sering bermain gadget cenderung kurang aktif secara fisik dan sosial.Â
Oleh karena itu, penting untuk mengenalkan kembali permainan tradisional Indonesia agar anak-anak dapat menikmati keseruannya sekaligus mengasah keterampilan sosial dan motorik.
Artikel ini akan membahas berbagai permainan tradisional anak Indonesia, aturan mainnya, serta keseruannya yang tak kalah menarik dibandingkan game modern!