SMA Global Prestasi mengawali bulan Maret 2024 dengan membawa peserta didik kelas X untuk mengikuti kegiatan Local Immersion ke sebuah desa yang penuh dengan makna keberagaman dan masih menjunjung tinggi nilai “Harmony in Diversity”. Di desa Buntu, Wonosobo, Jawa Tengah ini, seluruh peserta didik kelas X SMA GPS Bekasi, yang untuk pertama kalinya berkolaborasi dengan GPS Dago, Bandung diberikan kesempatan untuk bersama-sama belajar beragam life skills yang akan menjadi modal mereka dalam kehidupan nyata kelak, dari tanggal 3-8 Maret 2024. Saat keberangkatan di Minggu malam, seluruh orang tua siswa mendampingi dan mengantarkan putra-putrinya bersama Bapak/Ibu guru pendamping, dengan doa dan harapan agar seluruh perjalanan menuju Wonosobo dilancarkan, dan kegiatan Local Immersion dapat berjalan dengan baik sampai akhirnya semua kembali ke Bekasi dengan tidak kurang suatu apapun. Pesan-pesan untuk selalu menjaga nama baik sekolah juga tak lupa disampaikan agar semua peserta didik dapat menjaga tutur dan laku mereka selama di Desa Buntu, serta selalu menghormati masyarakat dan seluruh budaya di sana.
Hari pertama Local Immersion, kami isi dengan memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk melakukan ramah tamah dengan orang tua asuh mereka. Setiap rumah diisi oleh dua peserta didik dari GPS. Sejak sarapan sampai makan siang di rumah orang tua asuh masing-masing, mereka berkenalan dan menjalin kedekatan sambil melakukan social research sederhana untuk melengkapi tugas mata pelajaran Sociology/Geography/Ekonomi yang sudah diberikan panduannya oleh masing-masing guru Mapelnya. Mereka juga diminta untuk belajar mandiri dengan membantu orang tua asuh membereskan peralatan makan, mencuci piring setelah makan, atau bahkan membantu untuk membereskan dan membersihkan kamar tidur dan rumah mereka. Mungkin ini bisa jadi kegiatan yang cukup menantang bagi mereka, karena bisa jadi kegiatan ini tidak pernah mereka lakukan di rumah, karena selalu ada yang melakukan hal tersebut untuk mereka.
Meskipun hujan selalu mengguyur desa dari pagi sampai sore, tetapi tidak menyurutkan niat dan keinginan para peserta didik untuk melakukan community services membersihkan tempat ibadah yang akan digunakan untuk kegiatan Religion Service pada malam harinya nanti. Anak-anak dengan antusias membersihkan masjid, gereja Katolik, vihara, dan rumah penduduk yang akan digunakan untuk ibadah agama Kristen dan Hindu. Sungguh indah melihat anak anak dapat bekerja sama membereskan tempat ibadah masing-masing sehingga mereka dapat melakukan religion service dengan nyaman pada malam harinya.
Cerahnya hari kedua seolah mendukung SMA GPS melakukan kegiatan mengajar para siswa SD Negeri 1 Buntu yang hanya berjarak beberapa meter dari rumah tinggal anak-anak. Acara penyambutan dan pembukaan dilakukan dengan saling menampilkan kebolehan dari para peserta didik SMA GPS dan SDN 1 Buntu. SMA GPS menampilkan budaya Palang Pintu dan tarian dari daerah Betawi, Jakarta. Sedangkan para siswa dan siswi SDN 1 Buntu menampilkan tarian dari daerah Jawa Barat, tarian modern, dan yang paling menghibur adalah atraksi barongsai yang dilakukan oleh para siswa. Kelincahan mereka sangat memukau para siswa dari GPS. Pada kesempatan ini, SMA GPS juga memberikan souvenir berupa alat musik keyboard yang memang dibutuhkan oleh sekolah untuk mendukung proses belajar mengajar mereka. Kegiatan langsung dilanjutkan dengan mengajar para siswa dari kelas 1 sampai 6 secara bergantian oleh masing-masing kelompok yang sudah disiapkan dari Bekasi dan Bandung. Banyak kenangan yang pastinya tidak akan dilupakan oleh anak-anak baik dari GPS maupun siswa SDN 1 Buntu.
Sore harinya kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan bazar pakaian bekas layak pakai yang sudah dibawa oleh para siswa dari Bekasi dan Bandung. Kegiatan ini menjadi kegiatan yang sangat ditunggu-tunggu oleh penduduk desa Buntu. Dibuktikan dengan tidak sabarnya mereka untuk segera membeli pakaian yang masih disiapkan oleh anak-anak untuk dipajang. Alhasil, kegiatan dimulai 1 jam lebih awal dari jadwal yang sudah ditetapkan. Bahkan, seluruh pakaian yang dibawa terjual habis hanya dalam waktu 2 jam.
Teriakan para siswa dan guru pendamping saling sahut-menyahut dalam menjajakan pakaian mereka. Suasana bazar sungguhlah hidup dan ramai. Seluruh hasil penjualan bazar akan kembali diberikan ke penduduk desa Buntu melalui organisasi kepemudaan di sana.
Hari ketiga, kami awali dengan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk ikut berladang dengan orang tua asuh mereka. Di ladang, mereka belajar bercocok tanam sambil menikmati keindahan alam Wonosobo yang sangat mengagumkan. Sepulang dari berladang, anak-anak membantu para kader Posyandu desa Buntu dalam kegiatan Posyandu Balita dan Lansia. SMA GPS Dago, dipusatkan untuk membantu posyandu Lansia, dengan membantu para kader untuk menyambut para kakek dan nenek melakukan pemeriksaan kesehatan sederhana seperti berat badan, tensi, dan melakukan senam Lansia.
Sementara para siswa GPS Bekasi dibagi ke enam lokasi Posyandu Balita untuk membantu para kader dalam menyambut anak anak balita yang hadir bersama orang tua mereka. Di sana, mereka membantu menimbang berat dan mengukur tinggi badan, menemani anak-anak bermain sambil menunggu giliran, dan membagikan souvenir yang sudah mereka siapkan dari Bekasi.
Setelah istirahat makan siang, anak-anak mulai mempersiapkan acara Pentas Seni sebagai acara perpisahan mereka dengan penduduk desa Buntu. Setiap kelompok sudah menyiapkan penampilan untuk menghibur semua penonton yang hadir. Acara pentas Seni diakhiri dengan penampilan tari tradisional dari daerah Wonosobo, Jatilan. Seluruh penampilan anak-anak dan penduduk desa sangat menggambarkan indahnya kebersamaan rakyat Indonesia yang hidup bersama dengan rukun dalam keberagaman karena semua saling menghargai dan menyayangi satu sama lain. Tidak salah kegiatan Local Immersion kali ini mengusung tema “Bhinneka Tunggal Ika Unites Us as One Indonesia”.
Tanggal 7 Maret adalah hari terakhir kami di Wonosobo, dan kami isi dengan wisata ke situs bersejarah dan tempat-tempat wisata di Wonosobo. Wisata kami awali dengan melihat pemandangan daerah Wonosobo dari ketinggian Skyline Kahyangan. Di tempat ini kami sempatkan untuk mengabadikan moment kebersamaan per-kelas bersama para wali kelasnya masing-masing. Wisata kami lanjutkan ke Candi Arjuna. Hanya, sangat disayangkan, kami disambut dengan hujan yang cukup deras di candi Arjuna, sehingga niat untuk mengabadikan kebersamaan dengan latar belakang candi hanya bisa dilakukan secara keseluruhan dengan seluruh peserta dari Bekasi dan Bandung. Tempat wisata terakhir yang kami kunjungi sebelum berpamitan dan kembali ke Bekasi dan Bandung adalah Kawah Sikidang, yang merupakan tempat wisata utama di datarang tinggi Dieng, Jawa Tengah. Kawah Sikidang terbentuk dari letusan gunung berapi pada jaman dulu kala. Menariknya, kawah ini masih aktif sampai sekarang, namun kawah termasuk dalam kategori aman untuk dikunjungi karena kadar belerangnya rendah. Setelah puas menikmati keindahan objek wisata Dieng, kami kembali ke desa Buntu untuk packing dan berpamitan dengan orang tua asuh kami masing-masing.
Hari Jumat pagi, akhirnya kami kembali tiba di Bekasi. Anak-anak dengan gembira bertemu dengan para orang tua yang menjemput dengan penuh kerinduan kepada putra-putri mereka. Semua siswa membawa oleh-oleh kentang Wonosobo yang telah dibekali oleh orang tua asuh. Pastinya perjalanan menuju rumah masing-masing, dipenuhi dengan celotehan seru anak-anak tentang pengalaman dan pelajaran seru yang mereka peroleh dari kegiatan Local Immersion. Testimoni mereka dalam form evaluasi secara umum menggambarkan perasaan senang dan terkesan dengan semua pengalaman dan memori yang mereka dapatkan di Desa Buntu, Wonosobo, bersama orang tua asuh dan seluruh masyarakat yang mereka temui di sana. Semoga kesan dan pelajaran yang mereka peroleh, sedikit banyak dapat bermanfaat dalam pembentukan karakter mereka yang berguna bagi masa depan mereka.
Penulis: Pesta A. Marbun
Penyunting: Lady Yesisca
Dokumentasi : Tim Guru SMA Global Prestasi School
This adventure took them from immersive art installations in Bandung to the high-tech world of gaming and robotics, giving them an exciting look into creative industries and the fast-evolving realms of robotics and AI. Here’s a glimpse into the incredible journey!
Field Study siswa kelas 8 baru-baru ini membawa mereka pada perjalanan dua hari yang menghubungkan dunia sains, eksplorasi antariksa, dan seni. Perjalanan ini memicu rasa ingin tahu mereka dan membawa pelajaran dari kelas menjadi nyata dalam cara yang sangat menarik.
Selama dua hari, mereka mengunjungi berbagai situs kaya warisan budaya di Jawa Barat. Setiap tempat yang dikunjungi membawa mereka lebih dekat pada tradisi, sejarah, dan nilai-nilai bangsa mereka. Pengalaman langsung ini tidak hanya membantu mereka mempelajari budaya Indonesia, tetapi juga merasakannya di setiap aspek.